
JOGJA – Pada bulan Maret lalu LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta sukses menyelenggarakan Workshop Kewirausahaan bagi seluruh mahasiswa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Tindak lanjut dari acara tersebut ialah mahasiswa ditantang untuk membuat proposal wirausaha berbasis inovasi yang kelak akan didanai oleh Dikti apabila lolos seleksi. Salah satu dari tim yang lolos tersebut ialah beberapa mahasiswa dan mahasiswi dari Universitas Cokroaminoto Yogyakarta yang memasukkan proposal berjudul, “Keping Rupiah dibalik Limbah Pasar Giwangan: Pemanfaatan Limbah Brassisca dengan Kombinasi Kalsium Cair dan Phospor sebagai Pupuk Organik Cair”.
“Ini merupakan ajang bagi mahasiswa untuk mengembangkan jiwa entrepreneur, alhamdulillah proposal berhasil lolos dan meraih pendanaan sebesar Rp 4.000.000.” Kata Ibu Nur Habiba Rachmi selaku Dosen Pembimbing Proposal Kewirausahaan sekaligus Plt. Ka.Biro Kemahasiswaan. Selain mendapatkan modal dari L2Dikti pihak kampus juga memfasilitasi serta mendukung penuh mahasiswa yang memiliki jiwa entrepreneur. “ Kami sangat mendukung kegiatan yang mengedepankan prestasi mahasiswa, kedepan dari universitas khususnya bidang III akan memfasilitasi dalam pengurusan Logo serta legalitas produk “ Kata Farid Iskandar selaku Wakil Rektor III.
Tim yang disebut Rak Limbar (Ruang Evakuasi Limbah Pasar) melakukan berbagai riset dan uji terkait produk yang di hasilkan. Produk ini bernama Boosterhara berupa Pupuk Organik Cair yang terbuat dari fermentasi bahan organik di Pasar Giwangan dengan penambahan kulit pisang, cangkang telur, aloe vera, dan mikroorganisme pengurai limbah. Selanjutnya fermentasi ini ditunggu selama 8-14 hari hingga menguap yang menandakan pupuk sudah siap digunakan.
Diva Meizahra A.R., selaku ketua tim mengatakan, “Dibandingkan pupuk anorganik, pupuk organik memiliki unsur mikro yang lebih lengkap karena mengandung nitrogen, fosfor, kalium dan air lebih banyak. Kulit telur bagus untuk pertumbuhan batang, kulit pisang untuk perkembangan jumlah produksi yang maksimal, sedangkan limbah sayuran membantu menambah unsur hara pada tanah.”
Berkebun menjadi hobi yang banyak digandrungi orang-orang semenjak pandemi Covid-19 sedangkan pertumbuhan tanaman dapat terhambat oleh gangguan hama maupun faktor lain. Ia berharap Boosterhara dapat menjadi solusi akan permasalahan tersebut.
Ditanya mengenai awal mula Boosterhara ini berasal, salah satu anggota tim Mohtar Khudori menjelaskan,
“Berawal dari pengamatan kami terhadap limbah Pasar Giwangan Yogyakarta. Sirkulasi pasar tak berujung mengangkut limbah setiap hari menuju TPS menyebabkan fenomana sampah di TPS kian menumpuk. Limbah tersebut terbuang begitu saja yang sebenarnya masih memiliki nilai guna. Kami kemudian mencoba mengubah sirkulasi limbah pasar menjadi sirkulasi tanpa pembuangan yaitu dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi pupuk kaya manfaat yang memiliki unsur nutrisi lengkap bagi tanaman,” ujarnya.
Dirinya lalu menjelaskan dengan Boosterhara mereka turut mendukung program Zero Waste bebas sampah dan salah satu dari 17 program SDGS, yaitu Life on Land sebuah gerakan perlindungan dan lestari lingkungan. “Tujuan kami melalui Boosterhara ialah mengubah limbah menjadi pupuk menuju penghijauan dunia yang sehat.”
Tim Rak Limbar beranggotakan 4 orang terdiri dari mahasiswa dan mahasiswi Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Yogyakarta semester 3 dan 5. Sejak pencairan dana pada bulan September lalu usaha mereka berjalan satu bulan dan secara aktif melakukan pemasaran di media sosial Instagram, facebook, dan marketplace. Melalui media sosial instagram mereka juga turut mengunggah informasi terkait jenis tanaman, cara menanam maupun tips berkebun secara berkala.