Tradisi Becekan Kepuharjo Diisi Kirab dan Drama Teatrikal

0

Jogja – Sejumlah warga yang berasal dari 3 dusun yang ada di Kalurahan Kepuharjo Cangkringan Sleman menggelar upacara adat ‘Becekan Dandan Kali’ bertempat di kawasan Sungai Gendol yang berhulu di Gunung Merapi, Jumat (06/10/2023).

Rutin dilakukan setahun sekali, upacara adat Becekan ini biasa digelar setiap musim keempat dalam hitungan penanggalan Jawa, tepatnya pada hari Jumat Kliwon, yang bertujuan untuk meminta keselamatan serta memohon datangnya hujan kepada Tuhan YME. 

Selain menyembelih 6 ekor kambing untuk selanjutnya dimasak dan dibagi-bagikan kepada seluruh warga, dalam trasisi Becekan tahun ini juga digelar kirab budaya serta pementasan drama teatrikal yang menggambarkan awal mula dimulainya tradisi Becekan di desa Kepuharjo. 

Upacara adat Becekan ini sendiri diawali dengan acara kirab, oleh sejumlah prajurit bregodo Umpak Argo, yang dipimpin seorang Wiromanggolo, lalu diikuti bregodo Cundrik, bregodo Kayon, bregodo Tombak, dan Ugel-Ugel atau pengirimg musik. 

Mereka nampak berjalan kaki menuju lokasi upacara adat Becekan berlangsung, yakni di kawasan Kali Gendol yang berjarak kurang lebih 500 meter. 

Sesampai di lokasi, warga kemudian melakukan prosesi penyembelihan kambing untuk selanjutnya dimasak dan dibagi-bagikan kepada seluruh warga yang hadir dalam sebuah acara kenduri. 

Uniknya seluruh proses penyembelihan maupun proses memasak dalam tradisi Becekan ini, seluruhnya harus dilakukan oleh warga dari kaum laki-laki dan tidak boleh ada kaum perempuan.

Lurah Kepuharjo, Heri Suprapto mengatakan, upacara adat Becekan ini digelar sebagai upaya melestarikan warisan tradisi leluhur yang sudah berjalan secara turun temurun selama puluhan tahun.

Diikuti warga dari tiga Dusun yaitu Manggong, Kepuh dan Pagerjurang, tradisi Becekan ini juga bertujuan untuk menjaga alam dan lingkungan sekitar, termasuk menjaga kelestarian sumber-sumber mata air yang ada di sekitar kawasan Kali Gendol. 

“Berdasarkan cerita turun-temurun, dulu sumber mata air di sungai ini pernah  mengering, karena ada seorang wanita yang mandi dalam keadaan ‘tidak bersih’. Dari situ kemudian ada seorang warga yang mendapat bisikan atau wangsit, agar dilakukan penyembelihan kambing di sekitar lokasi, agar mata air kembali mengalir,” katanya  

Sejak saat itulah, warga kemudian mulai melakukan tradisi upacara adat Becekan ini secara rutin setiap tahun. Selain sebagai bentuk pemohonan doa, agar segera diturunkan hujan, lewat tradisi Becekan ini warga juga berharap dapat diberikan keselamatan dan dijauhkan dari segala mara bahaya ataupun bencana. 

“Mudah-mudahan trasisi Becekan ini bisa tetap terus dilestarikan oleh generasi muda kita di masa mendatang, sehingga tidak hilang begitu saja,” pungkasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here