
JOGJA — Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia (Fikomm) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) kembali menggelar acara “Berbagi Ilmu Seri ke-3”, Minggu (14/6/2020) secara daring. Acara yang diikuti oleh ratusan masyarakat awam melalui aplikasi zoom meeting maupun streaming youtube Mercu TV Yogyakarta ini menghadirkan narasumber Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia (Fikomm) UMBY, Dr. St. Tri Guntur Narwaya, Msi., dengan tema:” Wabah, Demokrasi & Batas Politik Kedaruratan”.
Menurut Guntur, kebijakan kondisi kedaruratan masih sering bermasalah dan melahirkan beragam polemik. Di antaranya menyangkut polemik tentang landasan atau kriteria terkait pertimbangan bagaimana memutuskan kondisi mana yang bisa dikategorikan darurat mana yang tidak. Keputusan situasi kedaruratan secara politis seringkali dilakukan secara sepihak oleh kewenangan eksekutif sebagai penyelenggara kekuasan negara. Landasan kriteria seringkali juga merujuk pada pertimbangan-pertimbangan yang tidak terbuka untuk dikomunikasikan dengan pelibatan partisipasi dan pertimbangan publik secara luas.
“Kebijakan ini seringkali bersifat resmi sehingga pertimbangan kedaruratan lebih banyak bersifat politis. Dalam jangka panjang, normalisasi pelembagaan kebijakan kedaruratan ini kemudian seringkali tidak mudah dikontrol, bahkan konsekuensi batas-batas dan kriteria tentang kedaruratan juga tidak tergambar jelas,” tegas Guntur.
Program berbagi ilmu seri ke-3 Fikommm UMBY ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan wawasan masyarakat awam mengenai wabah pandemi Covid-19, yang saat ini mengakibatkan kondisi kedaruratan di Indonesia. Beragam kebijakan yang muncul dalam kondisi kedaruratan ini di antaranya adalah: kebijakan lockdown atau kuncitara, Pembatasan Program Sosial Berskala Besar (PSBB), himbauan stay at home dan juga Work from Home (WFH), pembatasan akses berdiskusi, berkumpul dan bermobilitas warga, penutupan pelayanan publik, penghentian transportasi umum, pemberlakuan peretasan data pribadi terutama kebutuhan untuk mendeteksi mobilitas orang-orang yang bestatus positif virus, dan juga tentu saja polemik yang paling sensitif misal perihal pembatasan aktifitas keagamaan (peribadahan).