Jelang Ramadhan, Warga Ziarah Ke makam Kuno Penyebar Agama Islam

0

SLEMAN – Menjelang datangnya bulan suci ramdhan 1445 hijriyah, banyak dimanfaatkan warga untuk berziarah tak hanya ke makam leluhur. Namun juga berziarah ke makam kuno para tokoh penyebar agama Islam. 

Salah satunya ke makam Raden Mas Kyai Chasan Bisri atau Kyai Muhcin Besari yang terletak di belakang masjid kagungan Dalem Sambisari, Kalurahan Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Beliau merupakan putra Kyai Nur Iman dari Mlangi atau adik dari Raden Mas Kyai Mursodo di Plosokuning, Kalurahan Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seiring memasuki bulan ruwah atau menjelang datangnya bulan suci Ramadhan 1445 hijriyah tahun ini, mulai banyak yang mengunjungi makam kuno ini. 

Selain melakukan tabur bunga sebagai symbol mengharumkan nama orang yang sudah meninggal dunia, warga yang dating juga mendoakannya. Ini dilakukan sebagai salah satu dari bagian prosesi sadranan yang digelar setiap tahun pada bulan rwuah penanggalan jawa.

Dalam kegiatan sadranan juga turut dihadirkan dua gunungan yang disusun dari hasil bumi seperti buah-buahan dan sayur sayuran menjadi simbol sedekah sebagai puncak kegiatan sadranan yang digelar di serambi Masjid Kagungan Dalem Sambisari.

Takmir Masjid Kagungan Dalem Sambisari, Hadiyat menyebut digelarnya tradisi sadranan di serambi Masjid Kagungan Dalem Sambisari ini diharapkan warga selalu menjaga tradisi adat istiadat masyarakat jawa yang berlandaskan Islam.  

“Mudah-mudahan tradisi sadranan mempererat tali silaturahmi dan garis keturunan yang ada, sehingga menguatkan garis keturunan”, ujar Hadiyat.

Sementara itu, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa yang hadir berziarah mengatakan, kegiatan sadranan merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan kalangan masyarakat terutama saat memasuki bulan ruwah.

“Tentunya kegiatan harus dijaga dan dilestarikan, sehingga menjadi sarana ngalap berkah”.

Dari catatan yang ada, pembangunan Masjid Sambisari sekitar tahun 250 tahun atau sekitar 1770 silam. Selain menjadi pusat dakwah Islam disisi timur kota Yogyaarta, masjid juga sebagai pusat pemerintah kegiatan budaya bahkan pertahanan.

Sejumlah catatan juga disebutkan, dari sekitar 60 masjid milik keraton Yogyakarta, saat ini baru sekitar 50 persennya yang sudah bisa kembali atau terambil alih kembali oleh pihak keraton, hal itu dikarenakan terdapat berbagai kendala.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here