
YOGYAKARTA — Dua tahun sudah, Bramantyo (30) menempati rumah impian pertamanya yang terletak di kawasan hunian baru kecamatan Kasihan, Bantul, sekitar 10 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Bersama seorang istri dan kedua anaknya, ia tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2018.
Memang sepintas rumah bertipe 36 itu nampak sederhana. Namun Tyo panggilan akrab Bramantyo telah mengkonsep rumah itu sedemikian rupa sesuai keinginan dan impiannya sejak lama.
Di bagian depan halaman rumah, sebuah taman kecil minimalis ia cipta bersama istrinya. Warna-warni tanaman hias cantik seperti Pelem Kuning, Jengger Ayam, Miana hingga Suplir mengiasi sudut-sudut taman. Membuat sejuk setiap mata yang memandangnya.
Masuk ke dalam ruang tamu, sebuah pemandangan tak biasa akan langsung terlihat. Sebuah aquarium laut berukuran besar terpampang jelas. Meski berada di ruang samping, Tyo sengaja membuat celah besar di dinding rumahnya agar akuarium itu bisa terlihat dari ruang utama.
Ikan laut endemik perairan Indonesia seperti clown fish, botana blue tang, angel fish hingga triger fish nampak berenang lincah. Penuh warna di bawah sapuan berkas sinar matahari yang masuk lewat atap transparan yang telah didesain secara khusus oleh sang penghuni rumah.
Belum selesai menikmati desain eksotis di ruang utama, suasana segar nan asri kembali terlihat di bagian belakang rumah. Sebuah pancuran kecil, terdengar mengucur deras masuk ke sebuah kolam dangkal berair sangat jernih. Aneka ikan air tawar, berenang mengerubung setiap jemari yang masuk ke permukaan kolam.
Tanaman paku-pakuan serta beberapa jenis pakis nampak mengelilingi kolam. Berpadu dengan batu-batuan yang disusun sedemikian rupa sehingga nampak menyerupai seperti di alam aslinya. Ikan Koi, Gararupa, Komet, hingga Sumatera dan Chilchid berkecipak menenangkan suasana siapapun yang berada di dekatnya.

Beberapa tahun silam, Bramantyo mungkin tak pernah membayangkan bisa memiliki rumah impian miliknya itu. Bagaimana tidak, 10 tahun silam ia hanyalah seorang anak desa lulusan SMP yang tak punya apa-apa, namun nekat pergi merantau ke kota lain untuk merubah nasib dan hidupnya.
Meski begitu siapa sangka, berkat program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintah melalui Direktorat Jendral Perumahan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Bramantyo yang sempat berpindah-pindah kontrakan selama bertahun-tahun, kini akhirnya bisa memiliki rumah pribadi hasil dari jerih payahnya.
Ditemui Rabu (12/08/2020), Bramantyo menceritakan bagaimana ia bisa memiliki rumah impiannya tersebut. Semua bermula ketika anak bungsu dari 3 bersodara asal dusun Glapansari, Parakan, Temanggung, di sekitar kawasan lereng gunung Sumbing Jawa Tengah itu memutuskan pergi merantau ke kota Yogyakarta.
“Tahun 2007 saya pergi merantau ke Jogja seorang diri. Niatnya ingin merubah nasib. Karena hanya memiliki ijazah SMP saya pun bekerja apa saja. Mulai dari jadi tukang kebun sampai kuli bangunan. Saat itu, saya belum punya uang untuk ngekos, jadi masih tinggal bersama majikan yang punya rumah,” ujar lelaki bertubuh kecil itu.
Setelah mendapat pekerjaan yang lebih baik yakni menjadi karyawan usaha cutting sticker sepeda motor, Bramantyo memutuskan untuk menikah muda di usia sekitar 20 tahun. Seusai menikah, ia bersama istri dan anaknya pun menyewa kamar kos maupun rumah kontrakan secara berpindah-pindah di sejumlah wilayah kota Yogyakarta.
Selama kurun waktu 7 tahun, Bramantyo mengaku sempat berpindah-pindah rumah kontrakan hingga 3-4 kali. Bahkan setelah berhasil memulai dan memiliki usaha sendiri di bidang cutting sticker sepeda motor, Bramantyo pun masih mengontrak di sekitar kawasan Stadion Mandala Krida Yogyakarta.

“Sekitar tahun 2017 saya mulai kepikiran untuk memiliki rumah sendiri. Karena sudah bosan mengontrak. Setiap bulan uang menguap untuk bayar kontrakan. Belum lagi jika kontrakan tak bisa diperpanjang atau tarifnya naik sehingga terpaksa harus pindah ke kontakan baru,” kenangnya.
Upaya untuk memilih rumah sendiri pun mulai dilakukan Bramantyo yang telah cukup sukses sebagai wirausahawan muda di bidang jasa cutting sticker sepeda motor. Karena tabungannya belum cukup untuk membeli rumah secara kontan, ia pun memutuskan untuk mengambil program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui pengembang.
“Proses dari awal pengajuan KPR sampai rumah dibangun dan bisa ditempati kurang lebih memakan waktu sekitar 1 tahun lebih. Saat itu saya hanya perlu membayar uang DP sekitar Rp23 juta untuk rumah senilai Rp275juta. Sedangkan untuk cicilannya Rp1,7 juta per bulan selama 20 tahun,” bebernya.
Memanfaatkan uang tabungan hasil jerih payahnya bekerja selama ini, Bramantyo juga langsung merenovasi rumah yang dibangun pengembang untuk disesuaikan dan dimodifikasi sesuai keinginannya. Salah satunya adalah membuat desain rumah dengan sejumlah kolam ikan yang memang telah menjadi hobynya selama ini.
“Sejak masih di kontrakan, saya memang sudah hoby memelihara ikan di aquarium. Namun hanya memakai aquarium ukuran kecil-kecil saja. Saat itu memang sudah terbayang suatu saat pengen punya rumah sendiri yang bisa menampung aquarium dengan ukuran besar. Dan Alhamdulillah sekarang impian itu terwujud,” katanya.
Tahun 2018, Bramantyo bersama keluarganya pun mulai tinggal di rumah yang diimpi-impiannya selama ini. Dalam kurun waktu kurang dari dua tahun, ia bahkan langsung diberi momongan baru.
Selain menjadi tempat tinggal keluarga kecilnya, keberadaan rumah itu juga menjadi semacam pembuktian bagi seorang diri Bramantyo. Meskipun ia hanya seorang anak desa, dari daerah terpencil di lereng gunung, yang memulai semuanya dari nol, namun ia bisa mewujudkan mimpinya memiliki rumah idaman bagi dirinya dan keluarganya.
(Jatmika Haadi Kusmargana)