
Jogja – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam kelompok KKN 45 Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menggelar acara nonton bareng serta diskusi, bersama warga serta para petani di dusun Banyumeneng, Banyuroto, Nanggulan, Kulonprogo.
Acara ini digelar untuk membahas sekaligus mencari solusi atas persoalan yang selama ini dirasakan warga dusun Banyumeneng, khususnya para petani. Dimana lahan pertanian mereka selalu mengalami kekeringan saat musim kemarau, akibat tidak adanya saluran irigasi memadai.
Selain mengajak warga maupun petani, kegiatan ini juga mengundang sejumlah stakeholder terkait mulai dari aktifis petani, kepala dukuh, lurah, hingga penyuluh pertanian maupun badan permusyawartan kalurahan.
Kepala Dukuh Banyumeneng, Sardjito, mengatakan di dusun Banyumeneng dan Angin-angin, terdapat lahan pertanian seluas kurang lebih 400 hektar. Namun sampai saat ini hanya sekitar 100 hektar saja yang produktif. Sementara sisanya tidak bisa dimanfaatkan karena tidak memiliki sumber pengairan.
“Mayoritas lahan pertanian disini hanya mengandalkan sistim tadah hujan. Karena menang tidak ada saluran irigasi. Sehingga hanya produktif saat musim penghujan saja. Sementara untuk musim kemarau tidak bisa ditanam,” ungkapnya.
Sardjito menyebut sebenarnya dulu pernah ada rencana untuk membangun saluran irigasi dari selokan Kalibawang menuju dusun Angin-angin dan Banyumeneng, namun karena suatu alasan, rencana itu urung dilaksanakan.
Atas dasar itulah, warga masyarakat berharap pemerintah dapat merealisasikan rencana tersebut untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian yang ada, sehingga nantinya diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ratusan petani di dua dusun Angin-angin dan Banyumeneng.
Sementara itu, Lurah Banyuroto, Sudalja, mengakui minimnya sumber pengaraian di dua dusun yakni Angin-angin dan Banyumeneng tersebut. Menurutnya hal itu disebabkan karena kondisi geografis dua dusun tersebut yang cukup sulit.
“Memang dulu ada rencana untuk bangun saluran irigasi dari selokan Kalibawang. Sebenarnya itu memungkinkan, tapi cukup sulit direalisasikan. Karena selain suplai debit air dari sana kurang akibat pintu keluarnya sempit dan terhalang jalan raya. Rencananya pembangunan saluran irigasi itu juga terhalang adanya keberadaan sungai,” ungkapnya.
Ketua Kelompok KKN 45 UAJY, Antonius Agung Satyaningtyas, berharap dengan adanya diskusi yang diikuti berbagai pihak ini, nantinya dapat ditemukan solusi terbaik untuk mengatasi persoalan minimnya sumber pengaraian di dusun Banyumeneng maupun dusun Angin-angin.
“Ini sebagai bentuk kepedulian kita terhadap kondisi masyarakat di sini. Semoga dengan adanya kegiatan ini pemerintah semakin tahu kondisi dan kesulitan yang dialami petani. Sehingga dapat memberikan solusi terbaik untuk warga dusun Banyumeneng ini,” katanya.