
SOLO – Film Sayap Sayap Patah yang mulai di tayangkan perdana pada tanggal 18 Agustus 2022 ini mengangkat peristiwa kerusuhan berdarah di Mako Brimob pada tahun 2018 yang lalu, hal ini tidak lepas dari perhatian Yayasan Gema Salam, sebagai Yayasan yang intens membina para Eks. Narapidana Teroris.
Hari ini (03/09/22) Yayasan Gema Salam mengadakan nobar film yang disutradarai Rudi Soedjarwo tersebut, bersama dengan para mitranya yang merupakan eks. Napiter.
“Acara ini kami gagas bersama Kadensus 88 Bp. Irjend Pol. Martinus Hukom” terang Jack Harun yang merupakan Ketua Pengurus Yayasan Gema Salam (YGS).
Hadir dalam acara ini 9 Orang eks Napiter bersama dengan keluarganya, 2 diantaranya saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob turut menjadi saksi fakta kerusuhan berdarah tersebut, adalah Bp. H. Sumarno yang juga merupakan Bendahara YGS dan Hasan Al Rosyd yang merupakan Sekretaris YGS, “sedangkan Pak Kaden, yang sekiranya turut hadir sore ini di XXI Solo Square mendadak ada tugas di Bali, sehingga beliau tidak bisa menyertai kita” terang Jack Harun.
Pukul 15.40 WIB kita memulai Nobar, film ini memang tidak seperti aslinya, hanya mengambil salah satu korban dari pihak petugas Densus yang menjadi Korban kerusuhan dari 5 korban yang ada, meski demikian film ini sangat bagus untuk meng-edukasi masyarakat, khususnya tentang dedikasi seorang anggota Polisi yang mempertaruhkan segalanya saat bertugas, demi bangsa dan negara rela mempertaruhkan jiwa dan raganya. Saya salut dan bangga dengan Polri, terutama detasemen khusus 88 yang sudah mewakafkan jiwa raganya untuk perdamaian Indonesia, Salut saya “Kata Jack Harun”
Sementara Hasan Al Rosyd, yang saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob turut menyaksikan, mengatakan bahwa saudara-saudara kita yang terjebak menjadi anggota teroris itu tidak semua memiliki pemahaman sama, ada diantara mereka yang cuma ikut-ikutan, ada diantara mereka yang hanya terpaksa dan bahkan ada juga yang tidak tahu menahu, yang mana akhirnya disaat-saat tertentu hati nurani yang bicara. Hasan yang saat kejadian kerusuhan di Mako Brimob saat itu tidak tahu menahu apa yang terjadi, dirinya saat itu membantu menyelamatkan seorang Polwan, walaupun akhirnya dipaksa oleh pihak perusuh untuk menghentikan pertolongan tersebut atau akan dianiaya, hingga saat itu tidak mampu berbuat apa-apa, kejadianya sangat kompleks, Kata Hasan.
“Film ini kalau mengangkat kisah nyata dari kejadian Kerusuhan Mako Brimob secara keseluruhan tentunya tidak baik, terutama bagi keluarga korban, meski demikian film ini sudah sangat baik, selain sedikit menggambarkan kisah nyata salah satu korban yang merupakan petugas Densus 88, kita juga dapat mengambil pelajaran baik dari film ini, khususnya mengenai Kesetiaan, Kesedihan, dedikasi, pengorbanan dan juga sisi-sisi lain petugas kepolisian saat bertugas, khususnya dalam berinteraksi dengan terorisme” tambah Hasan
Saya sarankan kepada teman-teman eks. Narapidana Teroris khususnya dan kepada masyarakat pada umumnya untuk menonton film ini, saya pastikan tidak rugi, banyak pelajaran yang dapat kita ambil, dan tentunya saya berharap kerurusan-keerusuhan baik yang dipicu oleh terorisme, atau kerusuhan apapun kita harus lebih waspada, dan mari kita Ciptakan Kasih Sayang diantara Keluarga dan Masyarakat, Sebab Kasih Sayang adalah Pondasi Perdamaian. Perdamaian adalah Solusi dan Solusinya adalah Perdamaian.