
Jogja – Ratusan warga padukuhan Kauman, Kalurahan Selomartani, Kapanewon Kalasan, Sleman, Yogyakarta, antusias mengikuti tradisi Sadranan yang digelar di kampung mereka Sabtu (18/03/2023).
Diikuti warga dari 7 dusun dan 12 RT, tradisi Sadranan ini diisi dengan berbagai kegiatan mulai dari dzikir bersama, pembersihan dan ziarah ke makam leluhur, kirab bregada dan gunungan, pentas kesenian, doa bersama, hingga kembul bujono (makan bersama) serta perebutan gunungan.

Ketua Panitia Kegiatan, Wasiman, mengatakan kegiatan tradisi Sadranan di Padukuhan Kauman, digelar rutin setiap tahun tepatnya pada bulan Ruwah dalam penanggalan Jawa. Dimulai sejak tanggal 1 Ruwah, puncak acara berupa kirab dan doa besama digelar pada tanggal 25 Ruwah.
Masing-masing dusun nampak mengeluarkan gunungan berupa hasil bumi dan makanan, untuk kemudian diarak keliling kampung. Mereka lantas melakukan upacara adat, serta pembacaan doa bersama di lapangan Padukuhan Kauman.

“Sadranan ini merupakan tradisi yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Walaupun untuk kirab budaya baru mulai digelar sejak 2016,” ujar Wasiman.
Menurutnya, selain untuk melestarikan tradisi budaya yang ada, acara Sadranan ini juga digelar untuk mengenang dan mendoakan arwah para leluhur. Salah satunya adalah Kyai Rujak Beling yang merupakan sesepuh atau cikal bakal Padukuhan Kauman.

“Selain sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan YME, kegiatan ini juga menjadi ajang warga untuk memohon agar diberikan keselamatan, ketentraman dan keluasan rejeki di masa mendatang,” imbuhnya.
Sementara itu, sesepuh Padukuhan Kauman, Suparno, mengatakan selain menjadi ajang silaturahmi serta memupuk rasa kebersamaan dan keguyuban antar seluruh warga desa, tradisi Sadranan ini juga dinilai mampu menumbuhkan perekonomian warga sekitar.

Pasalnya, dengan adanya kegiatan ini, tak sedikit warga dusun yang bisa berjualan aneka makanan, minuman, mainan anak-anak dan sebagainya.
“Semoga tahun depan, acara Sadranan ini bisa kembali digelar dengan lebih meriah lagi,” pungkasnya.
